Kamis, 16 Oktober 2014

Leadership



KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM 
oleh : Saiful Anwar
Ikhwan fillah rahimakumullah . . . . . . .
Jika kita berbicara tentang kepemimpinan mungkin adalah suat istilah yang tidak asing lagi dl dengar, banyak sekali yang mendefinisikan tentang kepemimpinan ini. Salah satunya teori yang mengarah kepada urgensinya bersifat islami yaitu proses menggerakkan manusia menuju tujuan duniawi dan ukhrowi, sesuai dengan nilai- nilai syari’at islam. Berdasarkan teori tersebut, dapat kita pahami bahwasanya pemimpin adalah sosok yang mampu menggerakkan orang yang dipimpin menuju tujuan yang ingin dicapai bersama, tentunya dalam frameislami yaitu meliputi tujuan duniawi dan ukhrowi.
Urgensinya adalah bahwa kepemimpinan harus ada dalam setiap aspek kehidupan. Sehingga tatanan kehidupan dapat teratur dengan rapi. Keadilan dapat di tegakkan terhadap  kesewenang-wenangan dari pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah.
 Sebagaimana kita ketahui bahwa pada hakikatnya setiap manusia adalah sosok pemimpin dengan berbagai tingkatan yang di pimpinnya, hal ini sesuai dengan teks hadits dari Rasulullah SAW :
Abdullah ibnu Umar R.A mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,”kalian semua adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. Penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung jawab terhadap mereka. Istri adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan dan bertanggungjawab terhadap kepemimpinannya. Hamba sahaya adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan dia bertanggungjawab terhadap kepemimpinannya”. (HR Bukhari No 853)
Ikhwan fillah rahimakumullah . . . . . . . .
 Selain itu perlu kita ketahui bahwa sosok pemimpin dalam perspektif islam adalah pemimpin yang mampu berbuat adil dalam menjalankan kepemimpinannya. Hal ini sebagaimana tertera dalam firman Allah ta’ala :
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kalian  agar kalian dapat mengambil pelajaran. (QS:an-Nahl: 90 )
Berkaitan dengan ayat ini, al- Imam Ibnu Katsir menafsirkan dalam kitabnya Tafsir Al-Qur’an al-Adzim bahwasanya ayat ini mengandung intisari berupa perintah Allah Ta’ala kepada seluruh manusia untuk bersikap adil dan baik. Allah Ta’al memberitahukan bahwa Dia memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk selalu berbuat adil, dan memotivasi mereka untuk berbuat baik.

Selain itu, masih terkait dengan  potongan ayat ini, Al- Sya’bi menuturkan dari Syutair bin Syakal ia berkata “aku pernah mendengar Ibnu Mas’ud RA berkata “Sesungguhnya ayat al-Qur’an yang paling padat adalah yang tertera pada surat an-Nahl yaitu pada ayat ini”.sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir RA.
Sementara itu, al- Imam an-Nawawi beliau berkata dalam kitabnya Riyadhusshalihin pada bab penguasa yang adil yaitu “Bahwasanya berbuat adil adalah kewajiban adalam segala hal, namun untuk hal pemegang hak kekuasaan lebih ditekankan dan diutamakan. Karena jika] terjadi suatu kedzaliman dari pemegang kekuasaaan (pimpinan) maka akan terjadi kekacauan dan berdampak akan munculnya suatu kebencian dari rakyatnya. Karena ia tidak bersikap adil. Adapun posisi kita menyikapi figur pemimpin yang tidak adil adalah dengan bersabar. Yaitu bersabar atas kedzalimannya,kejahatannya, dan egoisme dirinya sendiri. Sehingga Rasulullah SAW memberi nasihat kepada kaum Anshar dalam sabdanya “Sesungguhnya kalian akan menjumpai setelahku orang-orang yang egois, yakni orang-orang yang mementingkan diri mereka atas kalian, maka bersabarlah kalian sampai berjumpa denganku di telagaku ini.
Ikhwan fillah rahimakumullah . . . . . . . .
            Berdasarkan rangkaian dalil syar’i diatas, yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits dapat kita ambil kesimpulan bahwa pada hakikatnya karakter pemimpin dalam perspektif islam adalah figur pemimnpin yang mampu bersikap adil dan mampu menerapkan konsep keadilan kepada pihak yang dipimpinnya, yaitu dengan tidak membeda-bedakan di antara rakyatnya, tidak melakukan kekejaman kepada siapapun, tidak mencintai orang kaya dikarenakan sebatas kekayaannya, tidak juga kerabat karena kekerabatannya, dan tidak juga orang fakir karena kefakirannya, akan tetapi ia bersikap adil terhadap semuanya.
Adapun motivasi besar bagi pemimpin yang mampu berbuat adil kepada bawahannya sebagaimana tercantum pada hadits berikut :
عن عبد الله ابن عمر وابن العاص رضي عنهما قال : قال رسول الله صل الله عليه و سلم : انّ المقسطين عند الله على منابر من نور الّذين يعدلون في حكمحم و اهلهم وما ولو ا (رواه مسلم)
Artinya : “Dari Abdulloh bin Amr bin Al-Ash Radhiyallohu Anhuma dia berkata : Rosululloh SAW bersabda : “Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil ditempatkan di atas mimbar yang terbuat dari cahaya, merekalah orang-orang yang adil dalam berhukum, adil terhadap keluarga dan apa saja yang dikuasakan atasnya. (H.R Muslim)
Berdasarkan uraian singkat di atas, dapat kita ambil intisari bahwasanya kepemimpinan dalam perspektif Islam sangatlah urgen, mengingat kedudukannya sangatlah dibutuhkan dalam setiap tatanan kehidupan. Semoga kita semua termasuk kedalam hamba Allah Ta’ala yang mampu mengemban amanah kepemimpinan ini dengan penuh keadilan dan dapat kita pertanggungjawabkan kelak di akhirat. Amien..
Semoga Bermanfaat....

Macam-Macam Mahabbah Dalam Islam



Macam- Macam Mahabbah Dalam tinjauan islam.
Imam Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah menye­butkan, wajib untuk membedakan antara lima macam mahabbah, karena ketidakmampuan mem­bedakan masing-masing, dapat terjerumus dalam kebinasaan dan syirik mahabbah. Kelima hal tersebut adalah :
1.  Mencintai Allah Ta'ala
2.  Mencintai apa-apa yang dicintai Allah. Kecin­taan inilah yang memasukkan seorang hamba ke da­lam Islam dan mengeluarkannya dari kekufuran. Maka manusia yang paling dicintai oleh Allah ada­lah yang paling kuat dan paling sangat kecintaannya dalam hal ini.
3.  Cinta karena Allah, hal ini merupakan konse­kuensi dari mahabbah yang sebelumnya. Seseorang tidaklah dianggap tulus dalam mencintai apa-apa yang dicintai oleh Allah melainkan dengan mencintai karena Allah dan di jalan Allah.
4.  Mencintai beserta Allah (mencintai sesuatu se­tara dengan kecintaannya kepada Allah-pent). Inilah mahabbah yang syirik, barangsiapa yang mencintai sesuatu setara dengan Allah, bukan untuk Allah, bu­kan pula karena Allah, bukan dijalan-Nya, sungguh dia telah mengambil tandingan selain Allah, inilah mahabbahnya orang-orang musyrik.
5.  Mahabbah thabi'iyah, yakni kecenderungan manusia kepada apa yang memang menjadi tabiat­nya, seperti seorang yang haus menyukai air, orang yang lapar menyukai makanan, orang yang mengan­tuk menyukai tidur, mencintai istri maupun anak. Yang demikian ini tidaklah tercela kecuali jika hal-hal tersebut melalaikan dari dzikrullah dan menyi­bukkan diri dari mencintai Allah.
Bentuk mahabbah yang paling agung dan terpuji adalah mencintai Allah semata dan men­cintai apa yang Dia cintai. Inilah akar kebahagiaan dan intinya. Tiada seorangpun yang selamat dari adzab melainkan dengannya. Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ بِهِنَّ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعَدَ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
"Tiga perkara apabila ada pada seseorang berarti dia telah merasakan manisnya iman, (yaitu) apabila Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selain ke­duanya, seseorang yang tidak mencintai melainkan karena Allah dan benci kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkan darinya sebagaimana bencinya jika dirinya dilempar ke dalam neraka." (Muttafaq 'alaih)
Adapun cinta yang paling parah celanya adalah mahabbah ma'allah, yakni seseorang yang menye-tarakan rasa cintanya kepada Allah dengan tandi­ngan selain Allah. Kecintaan ini merupakan inti ke­sengsaraan dan biangnya. Orang yang melakukan­nya berada di neraka dan diadzab di jahannam, wal 'iyadzu billah.
Kebanyakan pemuda teracuni dengan berbagai macam cinta yang tercela, di antaranya adalah:
1.  Gandrung terhadap wanita dan gadis serta ter­fitnah oleh godaannya dan bergaul dengan mereka dalam kemaksiatan.
2.  Cenderung mencintai remaja, bergaul dan me­mandang mereka dengan syahwat.
3.  Mengidolakan para selebritis yang termasuk ka­tegori orang-orang yang membuat kerusakan dan banci, serta latah mengikuti mereka dan menjadikan mereka sebagai teladan dan tokoh idola.
4.  Mencintai orang-orang kafir, mengagungkan mereka, meniru mereka dan berpartisipasi dalam merayakan hari raya mereka.
5.  Menyukai hal-hal haram dengan berbagai ma­cam ragamnya serta asyik melakukanya. Terutama minuman keras, ganja, rokok, zina, homo dan se­lainnya yang kebanyakan pemuda telah terjerumus ke dalamnya.
Semoga.. kita semua dijauhkan dari keterlenaan dlm masalah percintaan semu yg dpt smkin melupakan kita kepada Allah & rasulullah SAW dan mmbuat kita jauh dari ilmu-ilmu syar’i yg hrus kita ketahui.
Thx for ur attention...
Salam Cinta & Hormat........ ( Saiful Anwar Al-faruq )