KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
oleh : Saiful Anwar
Ikhwan
fillah rahimakumullah . . . . . . .
Jika kita berbicara
tentang kepemimpinan mungkin adalah suat istilah yang tidak asing lagi dl
dengar, banyak sekali yang mendefinisikan tentang kepemimpinan ini. Salah
satunya teori yang mengarah kepada urgensinya bersifat islami yaitu proses
menggerakkan manusia menuju tujuan duniawi dan ukhrowi, sesuai dengan nilai-
nilai syari’at islam. Berdasarkan
teori tersebut, dapat kita pahami bahwasanya pemimpin adalah sosok yang mampu
menggerakkan orang yang dipimpin menuju tujuan yang ingin dicapai bersama,
tentunya dalam frameislami yaitu
meliputi tujuan duniawi dan ukhrowi.
Urgensinya
adalah bahwa kepemimpinan harus ada dalam setiap aspek kehidupan. Sehingga
tatanan kehidupan dapat teratur dengan rapi. Keadilan dapat di tegakkan
terhadap kesewenang-wenangan dari pihak
yang kuat terhadap pihak yang lemah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada hakikatnya
setiap manusia adalah sosok pemimpin dengan berbagai tingkatan yang di pimpinnya,
hal ini sesuai dengan teks hadits dari Rasulullah SAW :
Abdullah
ibnu Umar R.A mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,”kalian semua adalah
pemimpin dan bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. Penguasa adalah
pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung jawab terhadap mereka. Istri adalah
pemimpin bagi rumah suaminya dan dan bertanggungjawab terhadap kepemimpinannya.
Hamba sahaya adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan dia bertanggungjawab
terhadap kepemimpinannya”. (HR Bukhari No 853)
Ikhwan
fillah rahimakumullah . . . . . . . .
Selain itu perlu kita ketahui bahwa sosok
pemimpin dalam perspektif islam adalah pemimpin yang mampu berbuat adil dalam
menjalankan kepemimpinannya. Hal ini sebagaimana tertera dalam firman Allah
ta’ala :
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku
adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada
kalian agar kalian dapat mengambil
pelajaran. (QS:an-Nahl: 90 )
Berkaitan
dengan ayat ini, al- Imam Ibnu Katsir menafsirkan dalam kitabnya Tafsir Al-Qur’an al-Adzim bahwasanya
ayat ini mengandung intisari berupa perintah Allah Ta’ala kepada seluruh
manusia untuk bersikap adil dan baik. Allah Ta’al memberitahukan bahwa Dia
memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk selalu berbuat adil, dan memotivasi
mereka untuk berbuat baik.
Selain
itu, masih terkait dengan potongan ayat
ini, Al- Sya’bi menuturkan dari Syutair bin Syakal ia berkata “aku pernah mendengar
Ibnu Mas’ud RA berkata “Sesungguhnya ayat al-Qur’an yang paling padat adalah
yang tertera pada surat an-Nahl yaitu pada ayat ini”.sebagaimana
diriwayatkan oleh Ibnu Jarir RA.
Sementara
itu, al- Imam an-Nawawi beliau berkata dalam kitabnya Riyadhusshalihin pada bab penguasa yang adil yaitu “Bahwasanya
berbuat adil adalah kewajiban adalam segala hal, namun untuk hal pemegang hak
kekuasaan lebih ditekankan dan diutamakan. Karena jika] terjadi suatu
kedzaliman dari pemegang kekuasaaan (pimpinan) maka akan terjadi kekacauan dan
berdampak akan munculnya suatu kebencian dari rakyatnya. Karena ia tidak
bersikap adil. Adapun posisi kita menyikapi figur pemimpin yang tidak adil
adalah dengan bersabar. Yaitu bersabar atas kedzalimannya,kejahatannya, dan
egoisme dirinya sendiri. Sehingga Rasulullah SAW memberi nasihat kepada kaum
Anshar dalam sabdanya “Sesungguhnya kalian akan menjumpai setelahku
orang-orang yang egois, yakni orang-orang yang mementingkan diri mereka atas
kalian, maka bersabarlah kalian sampai berjumpa denganku di telagaku ini.
Ikhwan
fillah rahimakumullah . . . . . . . .
Berdasarkan rangkaian dalil syar’i diatas, yang bersumber
dari al-Qur’an dan al-Hadits dapat kita ambil kesimpulan bahwa pada hakikatnya
karakter pemimpin dalam perspektif islam adalah figur pemimnpin yang mampu
bersikap adil dan mampu menerapkan konsep keadilan kepada pihak yang
dipimpinnya, yaitu dengan tidak membeda-bedakan di antara rakyatnya, tidak
melakukan kekejaman kepada siapapun, tidak mencintai orang kaya dikarenakan
sebatas kekayaannya, tidak juga kerabat karena kekerabatannya, dan tidak juga
orang fakir karena kefakirannya, akan tetapi ia bersikap adil terhadap
semuanya.
Adapun motivasi besar bagi pemimpin yang mampu berbuat adil kepada
bawahannya sebagaimana tercantum pada hadits berikut :
عن عبد الله ابن عمر وابن العاص رضي عنهما قال : قال
رسول الله صل الله عليه و سلم : انّ المقسطين عند الله على منابر من نور الّذين
يعدلون في حكمحم و اهلهم وما ولو ا (رواه مسلم)
Artinya : “Dari Abdulloh bin Amr bin Al-Ash Radhiyallohu Anhuma
dia berkata : Rosululloh SAW bersabda : “Sesungguhnya orang-orang yang berlaku
adil ditempatkan di atas mimbar yang terbuat dari cahaya, merekalah orang-orang
yang adil dalam berhukum, adil terhadap keluarga dan apa saja yang dikuasakan
atasnya. (H.R Muslim)
Berdasarkan uraian singkat di atas, dapat kita ambil intisari
bahwasanya kepemimpinan dalam perspektif Islam sangatlah urgen, mengingat
kedudukannya sangatlah dibutuhkan dalam setiap tatanan kehidupan. Semoga kita
semua termasuk kedalam hamba Allah Ta’ala yang mampu mengemban amanah
kepemimpinan ini dengan penuh keadilan dan dapat kita pertanggungjawabkan kelak
di akhirat. Amien..
Semoga Bermanfaat....